Jumat, 20 November 2009

MEMBETULKAN DAN MENGEFEKTIFKAN KALIMAT

1
BAB V
MEMBETULKAN DAN MENGEFEKTIFKAN
KALIMAT
A.Pengantar
Untuk dapat membetulkan sesuatu, kita harus mengetahui dengan tepat letak kesalahan terlebih dahulu. Tanpa mengetahui letak kesalahannya, suatu pembetulan mungkin justru menyebabkan kesalahan atau kerusakan yang lebih parah dari sebelumnya. Demikian pula dalam pembetulan suatu kalimat. Kesalahan penyimpangan dari aturan yang benar atau betul. Pada garis besarnya kesalahan itu dapat dibedakan menjadi kesalahan ejaan (termasuk di dalamnya kesalahan tanda baca) dan kesalahan tata bahasa.
Selanjutnya perlu dibedakan antara kalimat yang salah dan kalimat yang kurang efektif. Suatu kesalahan memang bisa saja memang bisa mengakibatkan tuturan yang bersangkutan kurang efektif, namun ada juga tuturan yang dari sudut tata bahasa tidak salah, tetapi juga kurang efektif. Sudah barang tentu dalam karang–mengarang, bentuk–bentuk tuturan yang kurang efektif itu harus diubah agar menjadi efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat ditangkap dan mudah dipahami oleh pembaca, menghayati masing- masing tuturan itu. Keterpahaman inilah yang menjadi salah satu kriteria kalimat efektif. Kriteria lain adalah kelaziman. Pemakaian kata, susunan frasa dan kalimat tertentu dipandang lazim dalam ragam bahasa tertentu, namun belum tentu lazim dalam ragam bahasa lain. Dalam karangan keilmuan sudah barang tentu diharapkan memakai kata, susunan frasa dan kalimat yang lazim dalam ragam bahasa keilmuan.
2
B. Kesalahan Kalimat
Kesalahan kalimat dapat dibedakan dari dua segi, yakni kesalahan internal dan kesalahan eksternal . Kesalahan internal adalah kesalahan kalimat yang diukur dari unsur-unsur dalam kalimat, sedangkan kesalahan eksternal diukur dari unsur luar kalimat yang bersangkutan. Di sini kesalahan eksternal itu diukur dari kalimat-kalimat lain yang menjadi konteks atau lingkungannya.
Kesalahan dari segi internal dapat dipilah menjadi beberapa tipe. Tipe pertama adalah kesalahan kandungan isi yang menyebabkan kalimat menjadi tidak logis sebagaimana tampak pada contoh-contoh berikut.

(1) Menurut Habibi (dalam Nimbar, 1993) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan secara tepat guna diarahkan untuk memberantas kemiskinan dan keterbelakangan.
(2) Dengan pemakaian pupuk urea pil dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi pertanian
(3) Di dalam artikel itu menyuratkan bahwa sumber daya alam yang bermacam-macam di Indonesia ini belum dimanfaatkan secara maksimal.
(4) Kepada semua informan mendapatkan dua macam instrumen yaitu angket dan catatan kegiatan
Semua kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak logis. Untuk membuktikan itu dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi setiap kalimat itu. Pada kalimat (1) dapat dinyatakan siapa yang menyatakan. Jika dinyatakan hal itu, jawaban tidak ada, walaupun bisa saja dijawab dengan Habibi. Akan tetapi, Habibi pada kalimat (1) itu tidak menempati pokok kalimat, melainkan keterangan sebagaimana disyaratkan oleh kata mereka. Jadi, pertanyaan itu sebenarnya tidak dapat dijawab dengan Habibi. Baru bisa dijawab dengan Habibi
3
jika kalimatnya diubah menjadi Habibi (dalam Nimbara, 1993) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan secara tepat guna diarahkan untuk memberantas kemiskinan dan keterbelakangan.
Pertanyaan tentang pokok kalimat juga tidak dapat dikenakan pada kalimat (2). Jika dipertanyakan dengan kalimat Apa yang menyuburkan tanaman?, jawaban tidak dapat dicari dalam kalimat itu. Barulah jawaban dapat ditemukan jika frasa dengan pemakaian dihilangkan sehingga kalimatnya menjadi Pupuk Urea Pil dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi pertanian.
Dengan pola pertanyaan yang sama, jawaban juga tidak dapat ditemukan dalam kalimat (3). Jawaban baru dapat dicari jika kalimat (3) itu diubah menjadi kalimat-kalimat di bawah ini :.
Artikel itu menyuratkan bahwa sumber daya alam yang bermacam-macam di Indonesia ini belum dimanfaatkan secara maksimal.
atau
Di dalam artikel itu tersurat (disuratkan) bahwa sumber daya alam yang bermacam-macam di Indonesia ini Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal.
Jika dipertanyakan dengan kalimat Siapa yang mendapatkan dua macam instrumen? Jawaban tidak dapat dicari dalam kalimat (4). Jawaban terhadap kalimat itu baru dapat diarahkan ke semua informan jika kalimat (4) itu diubah menjadi kalimat berikut.
Semua informan mendapatkan dua macam instrumen, yaitu angket dan catatan kegiatan.
Alternatif lain yang merupakan ubahan kalimat (4) masih ada. Unsur mendapat diubah menjadi diberikan sehingga terwujud kalimat yang logis berikut.
4
Kepada semua informan diberikan dua macam instrumen, yaitu angket dan catatan kegiatan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kelogisan kalimat akan tampak pada kejelasan fungsional antarunsur kalimat. Kejelasan hubungan itu ditampakkan pada hubungan antara unsur pokok (subjek), sebutan (predikat), objek, pelengkap, dan keterangan. Ketidakjelasan hubungan fungsional dapat menyebabkan gagasan dalam kalimat menjadi berbelit-belit sehingga sulit dipahami orang lain sebagaimana tampak pada contoh-contoh berikut.
1. Prestise pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan sehari-hari dalam usaha mencapai nafkah atau penghasilan, yang diutamakan di sini pekerjaan responden atau suami dan ini berpedoman pada Treiman Accupational yang telah divalidasi yang telah divalidasi dan reliabilitas, sehingga skornya berbeda dengan berskala interval.
2. Pertambahan penduduk dalam jumlah besar menyebabkan peningkatan kemelaratan serta distribusi, pangan yang tidak mencukupi, kesemuanya itu membantu bertambahnya jumlah penduduk yang lapar dan kurang gizi, kekurangan gizi yang berkelanjutan menyebabkan kekurangan gizi musiman atau kekuarangan gizi tetap yang secara teratur bahkan merupakan bagian hidup dari banyak penduduk atau keluarga.
3. Dalam sayuran daun hijau sudah terdapat pengadaan gizi yang lengkap, pencernaan menjadi lancar, kesehatan dan kesejahteraan terjamin.
Disamping kesalahan logika, kesalahan kalimat dapat terjadi ketidaklengkapan. Kalimat yang tidak lengkap itu hanya mengandung sebagian saja unsur-unsur yang seharusnya ada. Perhatikan dua buah kalimat yang terdapat pada teks berikut!
(1) Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan. Sehingga pada pedagang bunga mulai berusaha di bidang bisnis yang lain.
5
Kalimat kedua pada teks tersebut merupakan kalimat yang hanya diisi keterangan. Akan lebih baik jika kalimat kedua itu diintegrasikan menjadi satu dengan kalimat sebelumnya atau diupayakan menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, sebagaimana tampak pada hasil perbaikannya berikut.
(1a)Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan sehingga para pedagang bunga mulai berusaha di bidang bisnis yang lain.
atau
(1b)Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan. Para pedagang bunga mulai berusaha dibidang bisnis yang lain.
Kalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat yang padat. Karena itu, kalimat-kalimat yang boros dan kata-kata dipandang sebagai kalimat yang tidak baik walaupun kalimat itu benar dari segi gramatika. Kalimat berikut ini merupakan kalimat yang boros. Berdasarkan sifat masalah dan tujuan penelitian ini maka rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif. Kalimat tersebut dapat dibuat menjadi lebih ringkas. Bandingkan kalimat itu dengan kalimat ringkas berikut:
Berdasarkan sifat masalah dan tujuan penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif
Kesalahan kalimat secara eksternal diukur dari cocok tidaknya sebuah kalimat-kalimat yang lain. Perhatikan kalimat-kalimat yang terdapat pada paragraf berikut.
Proyek lembah Dieng terletak di dukuh Sumberjo, desa Kalisungo yang termasuk dalam daerah Kabupaten Malang. Daerah Malang yang sejuk terdiri dari pegunungan-pegunungan kecil.
6
Dua buah kalimat dalam paragraf tersebut benar-benar internal, tetapi salah secara eksternal. Kedua kalimat itu tidak membentuk satu gagasan yang utuh dan padu dalam paragraph.
C. Membetulkan Kesalahan Kalimat
Ada beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat.
1.Kalimat tanpa Subjek
Dalam menyusun sebuah kalimat seringkali dengan kata depan atau preposisi, lalu verbanya menggunakan bentuk aktif atau berawalan meN-baik dengan atau tanpa akhiran –kan. Dengan demikian dihasilkan kalimat – kalimat salah seperti di bawah ini.
(1). Bagi yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor.
(2). Untuk perbaikan prasarana pengairan tersebut memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat.
(3). Dengan beredarnya koran masuk desa bermanfaat sekali bagi masyarakat pedesaan.
Untuk membetulkan kalimat di atas dapat dilakukan dengan
a) Menghilangkan kata depan pada masing – masing kalimat tersebut, atau
b) Mengubah verba pada kalimat tersebut, misalnya dari aktif menjadi pasif.
Jadi kemungkinan pembetulan kelima kalimat adalah
(1) Yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor.
7
(2) Perbaikan prasarana pengairan tersebut memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat.
(3) Hadirin yang menginginkan terbitan lembaran sastra dapat menghubungi bagian sirkulasi.
(4) Beredarnya koran masik desa bermanfaat sekali bagi masyarakat pedesaan
Dalam pembetulan di atas, maka subjeknya menjadi lebih jelas, yaitu berturut – turut adalah yang merasa kehilangan buku tersebut, perbaikan prasarana pengairan tarsebutpartisipasi aktif dari masyarakat, rapat lenglap fakults sastra ini, pergantian pengurus, hadirin yang menginginkan terbitan lembaran sastra, dan beredarnya koran masuk desa.
Perlu dicatat bahwa dalam kalimat di atas tersusun dengan pola inversi, subjeknya berada di belakang predikat. Terjadinya kesalahan seperti kalimat (1 s.d. 3) di atas karena mengacaukan dua struktur kalimat yang benar.
2. Kalimat dengan Objek Berkata Depan
Kesalahan yang telah dibicarakan di atas dapat dikatakan sebagai kesalahan pemakaian kata depan pada awal kalimat yang biasanya diduduki subjek. Kesalahan pemakaian kata depan itu juga sering ditemui pada objek. Sebagai contoh:
(5) Hari ini kita tidak akan membicarakan lagi mengenai soal harga, tetapi soal ada tidaknya barang itu.
(6). Dalam setiap kesembatan mereka tidak bosan – bosannya mendiskusikan tentang dampak positif pembuatan waduk itu.
8
Kalimat (5) dan (6) dapat dibetulkan dengan menghilangkan kata depan mengenai pada kalimat (5) dan tentang pada kalimat (6). Kesalahan seperti pada contoh (5 dan 6) ini juga terjadi karena mengacaukan dua bentuk yang benar, yaitu:
Membicarakan soal harga
Berbicara mengenai soal harga
Mendiskusikan dampak positif pembuatan waduk
Berdiskusi tentang dampak positif pembuatan waduk
Perlu dicatat bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa verba dan kata depan yang sudah merupakan paduan, misalnya:
Bertentangan dengan, bergantung pada, berbicara tentang, menyesal atas, keluar dari, sesuai dengan, serupa dengan.
3.Konstruksi Pemilik Berkata Depan
Kesalahan pemakaian kata depan lain yang ditemui pada konstruksi frasa: termilik + pemilik. Secara berlebihan sering ditemui adanya kecenderungan mengeksplisitkan hubungan antara termilik dengan permilik dengan memakai kata depan dari atau daripada, misalnya:
(7) Kebersihan lingkungan adalah keburtuhan dari warga.
(8)Buku – buku daripada perpustakaan perlu ditambah.
Konstruksi frasa yang sejenis dengan kebutuhan dari warga dan buku – buku daripada perpustakaan ini sering kita dengar dalam pidato – pidato (umumnya tanpa teks). Misalnya:
9
(9) Biaya dari pembangunan jembatan ini; kenaikan daripada harga – harga barang elektronik.
Dalam karangan keilmuan konstruksi frasa yang tidak baku seperti di atas hendaknya dihindari karena dalam bahasa Indonesia hubungan “termilik” + pemilik bersifat implisit. Karena terpengaruh oleh (antara lain) bahasa Jawa hubungan “termilik + pemilik” sering dieksplesitkan dengan sufiks –nya, misalnya:
(10) rumahnya Heri
bajunya Riki
pemakaian –nya seperti contoh (16) perlu dihindari. Namun hal yang lain, “termilik + pemilik itu perlu dipertegas dengan sufiks –nya. Bandingkan kedua contoh di bawah ini!
guru Parman dengan gurunya Parman
Bapak Martono dengan bapaknya Martono
Kesalahan yang sering terjadi ialah pemakaian verba seperti pada kalimat di bawah ini, misalnya:
(11) Setelah semuanya siap, mereka menaburi benih ikan yang terpilih.
(12) (setiap bulan), kakaknya selalu mengirimi uang.
(13) Panitia menyerahkan hadiah lomba ketramilan remaja pada acara penutupan.
Kesalahan seperti kalimat (11) dapat dibetulkan dengan melengkapi ‘tempat’ menaburi benih ikan yang terpilih, misalnya kolam itu, sehingga kalimat yang betul adalah:
(11a) Setelah semuanya siap, menaburi benih ikan yang terpilih kolam itu.
10
(11b) Setelah semuanya siap, mereka mereka menaburi kolam itu dengan benihikan yang terpilih.
Dengan pembetulan itu, maka makna kalimatnya menjadi jelas. Jika dipertahankan seperti kalimat (11a) makna kalimat itu tidak jelas karena dapat ditafsirkan juga ‘menaburi sesuatu pada benuh yang terpilih’. Padahal penafsiran yang demikian bukan yang dimaksud dalam kalimat (11b).
4. Kalimat yang ‘pelaku’ dan verbanya tidak bersesuaian
Dalam kalimat dasar, verba dapat dibedakan menjadi verba yang menuntut hadirnya satu ‘pelaku’ dan verba yang menuntut hadirnya lebih dari satu ‘pelaku’. Dalam pembentukan kalimat, kesalahan yang mungkin terjadi ialah yang penggunaan verba dua ‘pelaku’, namun salah satu ‘pelakunya’ tidak tercantumkan, contoh:
(12) Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan dengan gencarnya.
(13) Dalam seminar itu dia mendiskusikan perubahan sosial masyarakat pedesaan sampai berjam – jam.
Dalam kalimat ( 12 ) verba berpukul-pukulan menuntut hadirnya dua pelaku, yaitu dia dan orang lain, misalnya Joni.
( 13 ) Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan dengan Joni.
Demikian pula kalimat ( 13 ), di samping pelaku dia diperlukan hadirnya pelaku lain sebagai mitra diskusi, misalnya para pakar, sehingga kalimat ( 13 ) menjadi :
( 13a ) Dalam seminar itu, dia mendiskusikan perubahan sosial masyarakat pedesaan dengan para pakar.
11
5. Penempatan yang Salah Kata Aspek pada Kalimat Pasif Berpronomina
Menurut kaidah, kanstruksi pasif berpronomina berpola aspek + pronomina + verba dasar. Jadi tempat kata aspek adalah di depan pronomina. Kesalahan yang sering terjadi ialah penempatan aspek di antara pronomina dengan verba atau dalam pola: *pronomina + aspek + verba dasar, misalnya
(14 ) *saya sudah katakan bahwa….
*kita sedang periksa….
*kami telah teliti….
Bentuk – bentuk seperti contoh ( 14 ) dapat dibetulkan dengan memindahkan kata aspek ke depan pronomina menjadi sebagai berikut :
( 14a ) sudah saya katakan bahwa …..
sedang kita periksa ….
telah kami teliti ….
6. Kesalahan Pemakaian Kata Sarana
Dalam menyusun kalimat sering dipakai kata sarana,kata sarana itu dapat berupa kata depan dan kata penghubung. Kata depan lazimnya terdapat dalam satu frasa depan, sedang kata penghubung umumnya terdapat dalam kalimat majemuk baik yang setara maupun yang bertingkat.
Kesalahan pemakaian kata depan umumnya terjadi pada pemakaian kata depan di, pada, dan dalam. Ketiga kata depan ini sering dikacaukan,misalnya:
(15 ) Di saat istirahat penyuluh mendatangi para petani.
( 16 ) Benih itu ditaburkan pada kolam yang baru.
( 17 ) Dalam tahun 1965 terjadi pemberontakan G 30 S/PKI.
12
Kata depan di ( 15 ) seharusnya adalah pada; kata depan pada (16 ) seharusnya adalah dalam atau ke dalam; kata depan dalam ( 17 ) seharusnya adalah pada.
Adapun kesalahan pemakaian kata penghubung umumnya terjadi karena ketidaksesuaian antara pamakaian kata penghubung dan makna hubungan antarklausanya, misalnya:
( 18 ) Rapat hari ini ditunda berhubung peserta tidak memenuhi kuorum
Kata penghubung berhubung ( 18 ) seharusnya diganti karena atau sebab, menjadi kalimat di bawah ini.
( 18a ) Rapat hari ini ditunda karena peserta tidak memenuhi kuorum.
Rapat hari ini ditunda sebab peserta tidak memenuhi kuorum.
Dalam hal ini perlu dicatat bahwa pemakaian kata penghubung karena sebaiknya tidak mengikuti verba disebabkan
( 18b ) Rapat hari ini ditunda disebabkan karena peserta tidak memenuhi kuorum.
Pemakaian disebabkan karena merupakan pemakaian yang berlebihan, sehingga perlu dihemat seperti dalam kalimat berikut.
(18c ) Rapat hari ini ditunda disebabkan peserta tidak memenuhi kuorum.
Kesalahan pemakaian kata penghubung lain, misalnya:
13
( 19 ) Penanaman rumput gajah bagi masyarakat pedesaan berguna untuk menyediakan pakan ternak juga mencegah adanya penggembalaan liar.
( 20 ) Pemasukan negara dari sektor pariwisata cukup besar, maka pemerintah berusaha terus membangun daerah-daerah wisata baru.
Pemakaian kata juga ( 19 ) seharusnya diganti kata dan, sedangkan kata maka ( 20 ) tidak tepat karena kata maka lazimnya hadir berpasangan dengan kata penghubung karena. Kalimat ( 20 ) akan lebih tepat jika diubah menjadi :
( 20a ) Karena pemasukan negara dari sektor pariwisata cukup besar, maka pemerintah berusaha membangun daerah-daerah wisata baru.
C. Efektivitas Kalimat
Ada beberapa yang mengakibatkan suatu kalimat menjadi kurang efektif..Penyebab suatu tuturan menjadi kurang efektif.
1. Kurang Padunya Kesatuan Gagasan
Telah kita ketahui bahwa setiap tuturan terdiri atas beberapa bagian atau satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap. Di samping itu, masing – masing satuan tersebut hendaknya mendukung satu gagasan utama atau ide pokoknya. Perhatikanlah contoh berikut ini:
( 21 ) Setamat dari SMA, Wati bercita-cita melanjutkan studinya di Fakultas Ekonomi. Fakultas Ekonomi didirikan pada tahun 1972. Dosen, asisten, dan karyawannya mempunyai dedikasi yang cukup tinggi.
Contoh ( 21 ) memang tidak memiliki kesatuan gagasan, bahkan merupakan tuturan yang janggal. Mungkinkah Wati sudah mengetahui kapan
14
Fakultas Ekonomi didirikan, dedikasi dosen dan asisten serta karyawannya yang cukup tinggi, sementara bagi Wati masuk Fakultas Ekonomi itu masih merupakan cita-cita belaka! Kejanggalan itu menunjukkan bahwa antara gagasan yang diungkapkan pada kalimat pertama tidak padu dengan gagasan yang diungkapkan pada kalimat kedua dan ketiga. Masing-masing kalimat itu cenderung mengungkapkan gagasan tersendiri. Hal ini terjadi karena dalam benak penutur terjadi kerancuan. Sementara penutur baru mengungkapkan cita-cita Wati, gagasan-gagasan lain yang sebenarnya harus dikesampingkan ( terlebih dahulu ) bermunculan.
Dengan mengetahui tidak adanya kasatuan gagasan pada contoh ( 21 ), kita dapat menyimpulkan bahwa kesatuan gagasan akan terwujud bilamana gagasan yang satu bertautan dengan gagasan -gagasan lain. Atau secara teknis, kesatuan gagasan akan terwujud bilamana satuan gramatikal satu dengan satuan gramatikal yang lain memiliki pertautan maknawi.
Dari uraian di atas, agar dalam contoh ( 21 ) terwujud adanya kesatuan gagasan, maka setelah diungkapkan gagasan mengenai ‘cita-cita Wati’ pada kalimat pertama, perlu diungkapkan gagasan-gagasan lain yang ada pertautannya dengan kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Misalnya saja, setelah diungkapkan ‘cita-cita Wati’ dalam kalimat pertama ( yang nanti akan disebut kalimat topik ), lalu diungkapkan ‘sejak kapan Wati bercita-cita demikian’, ‘mengapa Wati bercita-cita demikian itu’, ‘bagaimana Wati berusaha mencapai cita-citanya itu’, dan mungkinkah cita-cita itu tercapai ?
Kurang Ekonomis Pemakaian Kata
Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Penghematan ini berkaitan dengan masalah keseksamaan penuturan. Agar penuturan menjadi seksama, kata-kata yang dipakai hendaknya sesuai benar dengan gagasan yang ingin diungkapkan. Untuk itu, kata - kata yang tidak diperlukan benar dipandang dari sudut maknanya harus dihindari. Jadi, kehematan
15
itu berkaitan dengan kecukupan. Hal ini berarti kita hendaknya menggunakan kata ( - kata ) tidak lebih dari yang diperlukan.
Bandingkan kedua contoh di bawah ini !
(22 ) – membicarakan tentang transmigrasi.
- membicarakan mengenai transmigrasi.
- saling kait-mengait antara yang satu dengan yang lainnya.
- sudah pada tempatnya apabila.
( 22a ) – membicarakan transmigrasi.
- saling mengait antara satu dengan yang lainnya.
- sudah selayaknya apabila
Demi penghematan itu, sebuah kalimat majemuk pun dapat diringkas menjadi kalimat tunggal, misalnya
( 23) Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.
menjadi :
( 23a ) Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah dan kelompok elite.
atau :
( 23b ) Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.

0 komentar:

Posting Komentar