Sabtu, 21 November 2009

kumpulan diksi

KELUARLAH

Keluarlah, ayo lihat dunia!
Bukan melulu termangu di kursimu

Kita lupakan singgasana dan nama baik
Kehormatan dan ketakutan

Bayangkan saja
Berapa banyak generasi lagi yang kita korbankan
Untuk itu semua

Anak-anakmu telah lelah dididik menjadi pecundang
Dan bukankah kedatangan mereka bukan untuk dibohohongi?
Bukan intimidasi


BULAN RETAK


Setelah keletihan cuaca kau temukan kembali
dalam rimba gelap itu. Tubuhmu tak lagi terlihat
berenang di atas kolam. Kau sebut dirimu air tumpah-
Sabit yang lapar purnama. Sedang embun
yang bersetubuh dengan angin mulai jenuh
menggetar matamu. Bilik hatimu berjatuhan
tahun lalu. Bau tanah yang memang telah berjaga
pada senja di urat lehermu

Susut kening yang berkejaran,
Temaram di bawah lampu
Setengah mati
Mengingatkanmu pada koran-koran yang berdarah,
ember tua, dan kopiah seorang kiai yang tersesat
di relung-relung paling gaib.
Malam itu bertasbih menghujat manis bayang-bayang.
Melulu berdoa menjadikan nasib hanyalah kicau burung
pagi hari yang mendadak gersang ketika mimpi penuh sesak
Di saat pecahan-pecahan karang dalam dirimu
tak kuat lagi menantang ombak-
Buaian yang beringas dalam kepengecutan paling lembut.
Dan kau pun buta bencana. Buta gaung waktu.
Dan dengan manja berkata,”
Puisimu kelewat gelap dan suram untuk kusinggahi.”
Aku tahu. Pergilah. Hingga terkapar
Kau jadi bulan yang Terpenggal.

Dan airmata belumlah cukup
Jadi keluarlah, ayo keringkan dunia
Yang basah oleh tangisanmu

ZAMAN ULAR

Ambisi hanyalah untuk orang muda
Dan lihat, aku masih muda
Darahku penuh didih
Siapa yang berontak berpisah dari mimpi
Terkutuklah disumpahi sepi
Bukan apa-apa
Tinggal sekali ini saja aku berkata
Hai muda
Peduli tak peduli urusanmu
Urusanku taklukkan laut
Tempat perahumu terkoyak
(ii)

Zaman tumpah serapah. Kulit terkelupas. Ganti rupa, zaman
ular !
Percayalah, ini lebih gila dari zaman edan Ranggawarsita
: lingkaran darah telah lebih banyak dibangun
untuk saling menerkam. Tak peduli siapa. Asal menang.
Asal kuasa. Asalasalan semua.

Kita masih hijau, masih muda. Tetap saja ditipu zaman.
Tergerus di tanah kita sendiri. Lantas apa lagi, toh kebanyakan
lapuk menjadi pupuk kegembiraan liar. Kebanyakan menatap
kosong kemanusian.
: apa pula itu kemanusiaan. Kemanusiaan sudah masuk
keranjang belanja. Puting susu perempuan segala terbeli.
Jelas bagimu harga kemurahan tuhan itu
Penghianatan pada tuhan.
: Tuhan diterkam tuhantuhan. Hantumu, hai pelayan iblis. Ular
sihir Fir’aun beranak pinak tiada henti, sedang Musa telah mati
di hatimu.

0 kita diserang ularular. Zaman ular menelan kita habishabisan
ke dalam mulutnya. Keyakinan jadi penuh bisa mendera. Kita

Masih terlalu muda untuk jadi ular. Berapa harga kerakusan
dan kepengecutanmu, aku bayar, jika memang ini pesta jual beli
sikap. Mari berpesta. Satu, aku tidak menari sepertimu,
tidak bernyanyi sepertimu. Aku punya caraku, ambisiku sendiri
untuk mengakhiri pesta. Terserah apa katamu, aku juga tidak
peduli bagaimana seluruh gigimu bergetak mengintai darahku.

Ayo, ayo tikam aku zaman ular, terkam aku. Masih kusimpan
kerinduan Musa pada Tuhan di Tursina. Lihatlah hai pelayan
Fir’aun, aku masih berdiri kuat meski tanpa keajaiban tongkat
Musa.

Ular ! Tapi siapa menerkam siapa? Masingmasing menyisakan
lumut pada keteduhan sungaisungainya. Masingmasing
memelihara ular dalam dada. Apa ini,

Kiamat keresahanku? Rengkuh aku, Tuhan, ke dalam
rangkulanMu yang kutahu Sejati. Dan biarkan aku sedikit saja
mencuri kesejatianMu, menjadi bayangbayangMu menantang
ular
Baca Selengkapnya.....

Jumat, 20 November 2009

MEMBETULKAN DAN MENGEFEKTIFKAN KALIMAT

1
BAB V
MEMBETULKAN DAN MENGEFEKTIFKAN
KALIMAT
A.Pengantar
Untuk dapat membetulkan sesuatu, kita harus mengetahui dengan tepat letak kesalahan terlebih dahulu. Tanpa mengetahui letak kesalahannya, suatu pembetulan mungkin justru menyebabkan kesalahan atau kerusakan yang lebih parah dari sebelumnya. Demikian pula dalam pembetulan suatu kalimat. Kesalahan penyimpangan dari aturan yang benar atau betul. Pada garis besarnya kesalahan itu dapat dibedakan menjadi kesalahan ejaan (termasuk di dalamnya kesalahan tanda baca) dan kesalahan tata bahasa.
Selanjutnya perlu dibedakan antara kalimat yang salah dan kalimat yang kurang efektif. Suatu kesalahan memang bisa saja memang bisa mengakibatkan tuturan yang bersangkutan kurang efektif, namun ada juga tuturan yang dari sudut tata bahasa tidak salah, tetapi juga kurang efektif. Sudah barang tentu dalam karang–mengarang, bentuk–bentuk tuturan yang kurang efektif itu harus diubah agar menjadi efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat ditangkap dan mudah dipahami oleh pembaca, menghayati masing- masing tuturan itu. Keterpahaman inilah yang menjadi salah satu kriteria kalimat efektif. Kriteria lain adalah kelaziman. Pemakaian kata, susunan frasa dan kalimat tertentu dipandang lazim dalam ragam bahasa tertentu, namun belum tentu lazim dalam ragam bahasa lain. Dalam karangan keilmuan sudah barang tentu diharapkan memakai kata, susunan frasa dan kalimat yang lazim dalam ragam bahasa keilmuan.
2
B. Kesalahan Kalimat
Kesalahan kalimat dapat dibedakan dari dua segi, yakni kesalahan internal dan kesalahan eksternal . Kesalahan internal adalah kesalahan kalimat yang diukur dari unsur-unsur dalam kalimat, sedangkan kesalahan eksternal diukur dari unsur luar kalimat yang bersangkutan. Di sini kesalahan eksternal itu diukur dari kalimat-kalimat lain yang menjadi konteks atau lingkungannya.
Kesalahan dari segi internal dapat dipilah menjadi beberapa tipe. Tipe pertama adalah kesalahan kandungan isi yang menyebabkan kalimat menjadi tidak logis sebagaimana tampak pada contoh-contoh berikut.

(1) Menurut Habibi (dalam Nimbar, 1993) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan secara tepat guna diarahkan untuk memberantas kemiskinan dan keterbelakangan.
(2) Dengan pemakaian pupuk urea pil dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi pertanian
(3) Di dalam artikel itu menyuratkan bahwa sumber daya alam yang bermacam-macam di Indonesia ini belum dimanfaatkan secara maksimal.
(4) Kepada semua informan mendapatkan dua macam instrumen yaitu angket dan catatan kegiatan
Semua kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak logis. Untuk membuktikan itu dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi setiap kalimat itu. Pada kalimat (1) dapat dinyatakan siapa yang menyatakan. Jika dinyatakan hal itu, jawaban tidak ada, walaupun bisa saja dijawab dengan Habibi. Akan tetapi, Habibi pada kalimat (1) itu tidak menempati pokok kalimat, melainkan keterangan sebagaimana disyaratkan oleh kata mereka. Jadi, pertanyaan itu sebenarnya tidak dapat dijawab dengan Habibi. Baru bisa dijawab dengan Habibi
3
jika kalimatnya diubah menjadi Habibi (dalam Nimbara, 1993) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan secara tepat guna diarahkan untuk memberantas kemiskinan dan keterbelakangan.
Pertanyaan tentang pokok kalimat juga tidak dapat dikenakan pada kalimat (2). Jika dipertanyakan dengan kalimat Apa yang menyuburkan tanaman?, jawaban tidak dapat dicari dalam kalimat itu. Barulah jawaban dapat ditemukan jika frasa dengan pemakaian dihilangkan sehingga kalimatnya menjadi Pupuk Urea Pil dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi pertanian.
Dengan pola pertanyaan yang sama, jawaban juga tidak dapat ditemukan dalam kalimat (3). Jawaban baru dapat dicari jika kalimat (3) itu diubah menjadi kalimat-kalimat di bawah ini :.
Artikel itu menyuratkan bahwa sumber daya alam yang bermacam-macam di Indonesia ini belum dimanfaatkan secara maksimal.
atau
Di dalam artikel itu tersurat (disuratkan) bahwa sumber daya alam yang bermacam-macam di Indonesia ini Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal.
Jika dipertanyakan dengan kalimat Siapa yang mendapatkan dua macam instrumen? Jawaban tidak dapat dicari dalam kalimat (4). Jawaban terhadap kalimat itu baru dapat diarahkan ke semua informan jika kalimat (4) itu diubah menjadi kalimat berikut.
Semua informan mendapatkan dua macam instrumen, yaitu angket dan catatan kegiatan.
Alternatif lain yang merupakan ubahan kalimat (4) masih ada. Unsur mendapat diubah menjadi diberikan sehingga terwujud kalimat yang logis berikut.
4
Kepada semua informan diberikan dua macam instrumen, yaitu angket dan catatan kegiatan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kelogisan kalimat akan tampak pada kejelasan fungsional antarunsur kalimat. Kejelasan hubungan itu ditampakkan pada hubungan antara unsur pokok (subjek), sebutan (predikat), objek, pelengkap, dan keterangan. Ketidakjelasan hubungan fungsional dapat menyebabkan gagasan dalam kalimat menjadi berbelit-belit sehingga sulit dipahami orang lain sebagaimana tampak pada contoh-contoh berikut.
1. Prestise pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan sehari-hari dalam usaha mencapai nafkah atau penghasilan, yang diutamakan di sini pekerjaan responden atau suami dan ini berpedoman pada Treiman Accupational yang telah divalidasi yang telah divalidasi dan reliabilitas, sehingga skornya berbeda dengan berskala interval.
2. Pertambahan penduduk dalam jumlah besar menyebabkan peningkatan kemelaratan serta distribusi, pangan yang tidak mencukupi, kesemuanya itu membantu bertambahnya jumlah penduduk yang lapar dan kurang gizi, kekurangan gizi yang berkelanjutan menyebabkan kekurangan gizi musiman atau kekuarangan gizi tetap yang secara teratur bahkan merupakan bagian hidup dari banyak penduduk atau keluarga.
3. Dalam sayuran daun hijau sudah terdapat pengadaan gizi yang lengkap, pencernaan menjadi lancar, kesehatan dan kesejahteraan terjamin.
Disamping kesalahan logika, kesalahan kalimat dapat terjadi ketidaklengkapan. Kalimat yang tidak lengkap itu hanya mengandung sebagian saja unsur-unsur yang seharusnya ada. Perhatikan dua buah kalimat yang terdapat pada teks berikut!
(1) Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan. Sehingga pada pedagang bunga mulai berusaha di bidang bisnis yang lain.
5
Kalimat kedua pada teks tersebut merupakan kalimat yang hanya diisi keterangan. Akan lebih baik jika kalimat kedua itu diintegrasikan menjadi satu dengan kalimat sebelumnya atau diupayakan menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, sebagaimana tampak pada hasil perbaikannya berikut.
(1a)Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan sehingga para pedagang bunga mulai berusaha di bidang bisnis yang lain.
atau
(1b)Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan. Para pedagang bunga mulai berusaha dibidang bisnis yang lain.
Kalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat yang padat. Karena itu, kalimat-kalimat yang boros dan kata-kata dipandang sebagai kalimat yang tidak baik walaupun kalimat itu benar dari segi gramatika. Kalimat berikut ini merupakan kalimat yang boros. Berdasarkan sifat masalah dan tujuan penelitian ini maka rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif. Kalimat tersebut dapat dibuat menjadi lebih ringkas. Bandingkan kalimat itu dengan kalimat ringkas berikut:
Berdasarkan sifat masalah dan tujuan penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif
Kesalahan kalimat secara eksternal diukur dari cocok tidaknya sebuah kalimat-kalimat yang lain. Perhatikan kalimat-kalimat yang terdapat pada paragraf berikut.
Proyek lembah Dieng terletak di dukuh Sumberjo, desa Kalisungo yang termasuk dalam daerah Kabupaten Malang. Daerah Malang yang sejuk terdiri dari pegunungan-pegunungan kecil.
6
Dua buah kalimat dalam paragraf tersebut benar-benar internal, tetapi salah secara eksternal. Kedua kalimat itu tidak membentuk satu gagasan yang utuh dan padu dalam paragraph.
C. Membetulkan Kesalahan Kalimat
Ada beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat.
1.Kalimat tanpa Subjek
Dalam menyusun sebuah kalimat seringkali dengan kata depan atau preposisi, lalu verbanya menggunakan bentuk aktif atau berawalan meN-baik dengan atau tanpa akhiran –kan. Dengan demikian dihasilkan kalimat – kalimat salah seperti di bawah ini.
(1). Bagi yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor.
(2). Untuk perbaikan prasarana pengairan tersebut memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat.
(3). Dengan beredarnya koran masuk desa bermanfaat sekali bagi masyarakat pedesaan.
Untuk membetulkan kalimat di atas dapat dilakukan dengan
a) Menghilangkan kata depan pada masing – masing kalimat tersebut, atau
b) Mengubah verba pada kalimat tersebut, misalnya dari aktif menjadi pasif.
Jadi kemungkinan pembetulan kelima kalimat adalah
(1) Yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor.
7
(2) Perbaikan prasarana pengairan tersebut memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat.
(3) Hadirin yang menginginkan terbitan lembaran sastra dapat menghubungi bagian sirkulasi.
(4) Beredarnya koran masik desa bermanfaat sekali bagi masyarakat pedesaan
Dalam pembetulan di atas, maka subjeknya menjadi lebih jelas, yaitu berturut – turut adalah yang merasa kehilangan buku tersebut, perbaikan prasarana pengairan tarsebutpartisipasi aktif dari masyarakat, rapat lenglap fakults sastra ini, pergantian pengurus, hadirin yang menginginkan terbitan lembaran sastra, dan beredarnya koran masuk desa.
Perlu dicatat bahwa dalam kalimat di atas tersusun dengan pola inversi, subjeknya berada di belakang predikat. Terjadinya kesalahan seperti kalimat (1 s.d. 3) di atas karena mengacaukan dua struktur kalimat yang benar.
2. Kalimat dengan Objek Berkata Depan
Kesalahan yang telah dibicarakan di atas dapat dikatakan sebagai kesalahan pemakaian kata depan pada awal kalimat yang biasanya diduduki subjek. Kesalahan pemakaian kata depan itu juga sering ditemui pada objek. Sebagai contoh:
(5) Hari ini kita tidak akan membicarakan lagi mengenai soal harga, tetapi soal ada tidaknya barang itu.
(6). Dalam setiap kesembatan mereka tidak bosan – bosannya mendiskusikan tentang dampak positif pembuatan waduk itu.
8
Kalimat (5) dan (6) dapat dibetulkan dengan menghilangkan kata depan mengenai pada kalimat (5) dan tentang pada kalimat (6). Kesalahan seperti pada contoh (5 dan 6) ini juga terjadi karena mengacaukan dua bentuk yang benar, yaitu:
Membicarakan soal harga
Berbicara mengenai soal harga
Mendiskusikan dampak positif pembuatan waduk
Berdiskusi tentang dampak positif pembuatan waduk
Perlu dicatat bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa verba dan kata depan yang sudah merupakan paduan, misalnya:
Bertentangan dengan, bergantung pada, berbicara tentang, menyesal atas, keluar dari, sesuai dengan, serupa dengan.
3.Konstruksi Pemilik Berkata Depan
Kesalahan pemakaian kata depan lain yang ditemui pada konstruksi frasa: termilik + pemilik. Secara berlebihan sering ditemui adanya kecenderungan mengeksplisitkan hubungan antara termilik dengan permilik dengan memakai kata depan dari atau daripada, misalnya:
(7) Kebersihan lingkungan adalah keburtuhan dari warga.
(8)Buku – buku daripada perpustakaan perlu ditambah.
Konstruksi frasa yang sejenis dengan kebutuhan dari warga dan buku – buku daripada perpustakaan ini sering kita dengar dalam pidato – pidato (umumnya tanpa teks). Misalnya:
9
(9) Biaya dari pembangunan jembatan ini; kenaikan daripada harga – harga barang elektronik.
Dalam karangan keilmuan konstruksi frasa yang tidak baku seperti di atas hendaknya dihindari karena dalam bahasa Indonesia hubungan “termilik” + pemilik bersifat implisit. Karena terpengaruh oleh (antara lain) bahasa Jawa hubungan “termilik + pemilik” sering dieksplesitkan dengan sufiks –nya, misalnya:
(10) rumahnya Heri
bajunya Riki
pemakaian –nya seperti contoh (16) perlu dihindari. Namun hal yang lain, “termilik + pemilik itu perlu dipertegas dengan sufiks –nya. Bandingkan kedua contoh di bawah ini!
guru Parman dengan gurunya Parman
Bapak Martono dengan bapaknya Martono
Kesalahan yang sering terjadi ialah pemakaian verba seperti pada kalimat di bawah ini, misalnya:
(11) Setelah semuanya siap, mereka menaburi benih ikan yang terpilih.
(12) (setiap bulan), kakaknya selalu mengirimi uang.
(13) Panitia menyerahkan hadiah lomba ketramilan remaja pada acara penutupan.
Kesalahan seperti kalimat (11) dapat dibetulkan dengan melengkapi ‘tempat’ menaburi benih ikan yang terpilih, misalnya kolam itu, sehingga kalimat yang betul adalah:
(11a) Setelah semuanya siap, menaburi benih ikan yang terpilih kolam itu.
10
(11b) Setelah semuanya siap, mereka mereka menaburi kolam itu dengan benihikan yang terpilih.
Dengan pembetulan itu, maka makna kalimatnya menjadi jelas. Jika dipertahankan seperti kalimat (11a) makna kalimat itu tidak jelas karena dapat ditafsirkan juga ‘menaburi sesuatu pada benuh yang terpilih’. Padahal penafsiran yang demikian bukan yang dimaksud dalam kalimat (11b).
4. Kalimat yang ‘pelaku’ dan verbanya tidak bersesuaian
Dalam kalimat dasar, verba dapat dibedakan menjadi verba yang menuntut hadirnya satu ‘pelaku’ dan verba yang menuntut hadirnya lebih dari satu ‘pelaku’. Dalam pembentukan kalimat, kesalahan yang mungkin terjadi ialah yang penggunaan verba dua ‘pelaku’, namun salah satu ‘pelakunya’ tidak tercantumkan, contoh:
(12) Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan dengan gencarnya.
(13) Dalam seminar itu dia mendiskusikan perubahan sosial masyarakat pedesaan sampai berjam – jam.
Dalam kalimat ( 12 ) verba berpukul-pukulan menuntut hadirnya dua pelaku, yaitu dia dan orang lain, misalnya Joni.
( 13 ) Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan dengan Joni.
Demikian pula kalimat ( 13 ), di samping pelaku dia diperlukan hadirnya pelaku lain sebagai mitra diskusi, misalnya para pakar, sehingga kalimat ( 13 ) menjadi :
( 13a ) Dalam seminar itu, dia mendiskusikan perubahan sosial masyarakat pedesaan dengan para pakar.
11
5. Penempatan yang Salah Kata Aspek pada Kalimat Pasif Berpronomina
Menurut kaidah, kanstruksi pasif berpronomina berpola aspek + pronomina + verba dasar. Jadi tempat kata aspek adalah di depan pronomina. Kesalahan yang sering terjadi ialah penempatan aspek di antara pronomina dengan verba atau dalam pola: *pronomina + aspek + verba dasar, misalnya
(14 ) *saya sudah katakan bahwa….
*kita sedang periksa….
*kami telah teliti….
Bentuk – bentuk seperti contoh ( 14 ) dapat dibetulkan dengan memindahkan kata aspek ke depan pronomina menjadi sebagai berikut :
( 14a ) sudah saya katakan bahwa …..
sedang kita periksa ….
telah kami teliti ….
6. Kesalahan Pemakaian Kata Sarana
Dalam menyusun kalimat sering dipakai kata sarana,kata sarana itu dapat berupa kata depan dan kata penghubung. Kata depan lazimnya terdapat dalam satu frasa depan, sedang kata penghubung umumnya terdapat dalam kalimat majemuk baik yang setara maupun yang bertingkat.
Kesalahan pemakaian kata depan umumnya terjadi pada pemakaian kata depan di, pada, dan dalam. Ketiga kata depan ini sering dikacaukan,misalnya:
(15 ) Di saat istirahat penyuluh mendatangi para petani.
( 16 ) Benih itu ditaburkan pada kolam yang baru.
( 17 ) Dalam tahun 1965 terjadi pemberontakan G 30 S/PKI.
12
Kata depan di ( 15 ) seharusnya adalah pada; kata depan pada (16 ) seharusnya adalah dalam atau ke dalam; kata depan dalam ( 17 ) seharusnya adalah pada.
Adapun kesalahan pemakaian kata penghubung umumnya terjadi karena ketidaksesuaian antara pamakaian kata penghubung dan makna hubungan antarklausanya, misalnya:
( 18 ) Rapat hari ini ditunda berhubung peserta tidak memenuhi kuorum
Kata penghubung berhubung ( 18 ) seharusnya diganti karena atau sebab, menjadi kalimat di bawah ini.
( 18a ) Rapat hari ini ditunda karena peserta tidak memenuhi kuorum.
Rapat hari ini ditunda sebab peserta tidak memenuhi kuorum.
Dalam hal ini perlu dicatat bahwa pemakaian kata penghubung karena sebaiknya tidak mengikuti verba disebabkan
( 18b ) Rapat hari ini ditunda disebabkan karena peserta tidak memenuhi kuorum.
Pemakaian disebabkan karena merupakan pemakaian yang berlebihan, sehingga perlu dihemat seperti dalam kalimat berikut.
(18c ) Rapat hari ini ditunda disebabkan peserta tidak memenuhi kuorum.
Kesalahan pemakaian kata penghubung lain, misalnya:
13
( 19 ) Penanaman rumput gajah bagi masyarakat pedesaan berguna untuk menyediakan pakan ternak juga mencegah adanya penggembalaan liar.
( 20 ) Pemasukan negara dari sektor pariwisata cukup besar, maka pemerintah berusaha terus membangun daerah-daerah wisata baru.
Pemakaian kata juga ( 19 ) seharusnya diganti kata dan, sedangkan kata maka ( 20 ) tidak tepat karena kata maka lazimnya hadir berpasangan dengan kata penghubung karena. Kalimat ( 20 ) akan lebih tepat jika diubah menjadi :
( 20a ) Karena pemasukan negara dari sektor pariwisata cukup besar, maka pemerintah berusaha membangun daerah-daerah wisata baru.
C. Efektivitas Kalimat
Ada beberapa yang mengakibatkan suatu kalimat menjadi kurang efektif..Penyebab suatu tuturan menjadi kurang efektif.
1. Kurang Padunya Kesatuan Gagasan
Telah kita ketahui bahwa setiap tuturan terdiri atas beberapa bagian atau satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap. Di samping itu, masing – masing satuan tersebut hendaknya mendukung satu gagasan utama atau ide pokoknya. Perhatikanlah contoh berikut ini:
( 21 ) Setamat dari SMA, Wati bercita-cita melanjutkan studinya di Fakultas Ekonomi. Fakultas Ekonomi didirikan pada tahun 1972. Dosen, asisten, dan karyawannya mempunyai dedikasi yang cukup tinggi.
Contoh ( 21 ) memang tidak memiliki kesatuan gagasan, bahkan merupakan tuturan yang janggal. Mungkinkah Wati sudah mengetahui kapan
14
Fakultas Ekonomi didirikan, dedikasi dosen dan asisten serta karyawannya yang cukup tinggi, sementara bagi Wati masuk Fakultas Ekonomi itu masih merupakan cita-cita belaka! Kejanggalan itu menunjukkan bahwa antara gagasan yang diungkapkan pada kalimat pertama tidak padu dengan gagasan yang diungkapkan pada kalimat kedua dan ketiga. Masing-masing kalimat itu cenderung mengungkapkan gagasan tersendiri. Hal ini terjadi karena dalam benak penutur terjadi kerancuan. Sementara penutur baru mengungkapkan cita-cita Wati, gagasan-gagasan lain yang sebenarnya harus dikesampingkan ( terlebih dahulu ) bermunculan.
Dengan mengetahui tidak adanya kasatuan gagasan pada contoh ( 21 ), kita dapat menyimpulkan bahwa kesatuan gagasan akan terwujud bilamana gagasan yang satu bertautan dengan gagasan -gagasan lain. Atau secara teknis, kesatuan gagasan akan terwujud bilamana satuan gramatikal satu dengan satuan gramatikal yang lain memiliki pertautan maknawi.
Dari uraian di atas, agar dalam contoh ( 21 ) terwujud adanya kesatuan gagasan, maka setelah diungkapkan gagasan mengenai ‘cita-cita Wati’ pada kalimat pertama, perlu diungkapkan gagasan-gagasan lain yang ada pertautannya dengan kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Misalnya saja, setelah diungkapkan ‘cita-cita Wati’ dalam kalimat pertama ( yang nanti akan disebut kalimat topik ), lalu diungkapkan ‘sejak kapan Wati bercita-cita demikian’, ‘mengapa Wati bercita-cita demikian itu’, ‘bagaimana Wati berusaha mencapai cita-citanya itu’, dan mungkinkah cita-cita itu tercapai ?
Kurang Ekonomis Pemakaian Kata
Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Penghematan ini berkaitan dengan masalah keseksamaan penuturan. Agar penuturan menjadi seksama, kata-kata yang dipakai hendaknya sesuai benar dengan gagasan yang ingin diungkapkan. Untuk itu, kata - kata yang tidak diperlukan benar dipandang dari sudut maknanya harus dihindari. Jadi, kehematan
15
itu berkaitan dengan kecukupan. Hal ini berarti kita hendaknya menggunakan kata ( - kata ) tidak lebih dari yang diperlukan.
Bandingkan kedua contoh di bawah ini !
(22 ) – membicarakan tentang transmigrasi.
- membicarakan mengenai transmigrasi.
- saling kait-mengait antara yang satu dengan yang lainnya.
- sudah pada tempatnya apabila.
( 22a ) – membicarakan transmigrasi.
- saling mengait antara satu dengan yang lainnya.
- sudah selayaknya apabila
Demi penghematan itu, sebuah kalimat majemuk pun dapat diringkas menjadi kalimat tunggal, misalnya
( 23) Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.
menjadi :
( 23a ) Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah dan kelompok elite.
atau :
( 23b ) Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.
Baca Selengkapnya.....

Senin, 16 November 2009

KISAH RAHASIA DI BALIK SHALAT LIMA WAKTU

Ali bin Abi Talib r.a. berkata, "Sewaktu Rasullullah SAW duduk bersama para sahabat Muhajirin dan Ansar, maka dengan tiba-tiba datanglah satu rombongan orang-orang Yahudi lalu berkata, 'Ya Muhammad, kami hendak bertanya kepada kamu kalimat-kalimat yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa A.S. yang tidak diberikan kecuali kepada para Nabi utusan Allah atau malaikat muqarrab.'
Lalu Rasullullah SAW bersabda, 'Silahkan bertanya.'

Berkata orang Yahudi, 'Coba terangkan kepada kami tentang 5 waktu yang diwajibkan oleh Allah ke atas umatmu.'

Sabda Rasullullah saw, 'Shalat Zuhur jika tergelincir matahari, maka bertasbihlah segala sesuatu kepada Tuhannya. Shalat Asar itu ialah saat ketika Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Shalat Maghrib itu adalah saat Allah menerima taubat Nabi Adam a.s. Maka setiap mukmin yang bershalat Maghrib dengan ikhlas dan kemudian dia berdoa meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan mengkabulkan permintaannya. Shalat Isyak itu ialah shalat yang dikerjakan oleh para Rasul sebelumku. Shalat Subuh adalah sebelum terbit matahari. Ini kerana apabila matahari terbit, terbitnya di antara dua tanduk syaitan dan di situ sujudnya setiap orang kafir.'

Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah saw, lalu mereka berkata, 'Memang benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakanlah kepada kami apakah pahala yang akan diperoleh oleh orang yang shalat.'

Rasullullah SAW bersabda, 'Jagalah waktu-waktu shalat terutama shalat yang pertengahan. Shalat Zuhur, pada saat itu nyalanya neraka Jahanam. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat pada ketika itu akan diharamkan ke atasnya uap api neraka Jahanam pada hari Kiamat.'

Sabda Rasullullah saw lagi, 'Manakala shalat Asar, adalah saat di mana Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat Asar akan diampunkan dosanya seperti bayi yang baru lahir.'
Selepas itu Rasullullah saw membaca ayat yang bermaksud, 'Jagalah waktu-waktu shalat terutama sekali shalat yang pertengahan. Shalat Maghrib itu adalah saat di mana taubat Nabi Adam a.s. diterima. Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan shalat Maghrib kemudian meminta sesuatu daripada Allah, maka Allah akan perkenankan.'

Sabda Rasullullah saw, 'Shalat Isya’ (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat gelap dan begitu juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam malam yang gelap untuk pergi menunaikan shalat Isyak berjamaah, Allah S.W.T haramkan dirinya daripada terkena nyala api neraka dan diberikan kepadanya cahaya untuk menyeberangi Titian Sirath.'
Sabda Rasullullah saw seterusnya, 'Shalat Subuh pula, seseorang mukmin yang mengerjakan shalat Subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberikan kepadanya oleh Allah S.W.T dua kebebasan iaitu:
1. Dibebaskan daripada api neraka.
2. Dibebaskan dari nifaq.

Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan daripada Rasullullah saw, maka mereka berkata, 'Memang benarlah apa yang kamu katakan itu wahai Muhammad (saw). Kini katakan pula kepada kami semua, kenapakah Allah S.W.T mewajibkan puasa 30 hari ke atas umatmu?'

Sabda Rasullullah saw, 'Ketika Nabi Adam memakan buah pohon khuldi yang dilarang, lalu makanan itu tersangkut dalam perut Nabi Adam a.s. selama 30 hari. Kemudian Allah S.W.T mewajibkan ke atas keturunan Adam a.s. berlapar selama 30 hari.
Sementara diizin makan di waktu malam itu adalah sebagai kurnia Allah S.W.T kepada makhluk-Nya.'

Kata orang Yahudi lagi, 'Wahai Muhammad, memang benarlah apa yang kamu katakan itu. Kini terangkan kepada kami mengenai ganjaran pahala yang diperolehi daripada berpuasa itu.'
Sabda Rasullullah saw, 'Seorang hamba yang berpuasa dalam bulan Ramadhan dengan ikhlas kepada Allah S.W.T, dia akan diberikan oleh Allah S.W.T 7 perkara:

1. Akan dicairkan daging haram yang tumbuh dari badannya (daging yang tumbuh daripada makanan yang haram).
2. Rahmat Allah sentiasa dekat dengannya.
3. Diberi oleh Allah sebaik-baik amal.
4. Dijauhkan daripada merasa lapar dan dahaga.
5. Diringankan baginya siksa kubur (siksa yang amat mengerikan).
6. Diberikan cahaya oleh Allah S.W.T pada hari Kiamat untuk menyeberang Titian Sirath.
7. Allah S.W.T akan memberinya kemudian di syurga.'

Kata orang Yahudi, 'Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakan kepada kami kelebihanmu di antara semua para nabi.'
Sabda Rasullullah saw, 'Seorang nabi menggunakan doa mustajabnya untuk membinasakan umatnya, tetapi saya tetap menyimpankan doa saya (untuk saya gunakan memberi syafaat kepada umat saya di hari kiamat).'
Kata orang Yahudi, 'Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Kini kami mengakui dengan ucapan Asyhadu Alla illaha illallah, wa annaka Rasulullah (kami percaya bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan engkau utusan Allah).'

Sedikit peringatan untuk kita semua: "Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Surah Al-Baqarah: ayat 155)

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (Surah Al-Baqarah: ayat 286)
Baca Selengkapnya.....

I K H L A S

Ini cerita tentang Anisa, seorang gadis kecil yang ceria berusia lima tahun. Pada suatu sore, Anisa menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket.
Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa melihat sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Anisa sangat ingin memilikinya.

Tapi... Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji:
Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik.

Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya : "Ibu,bolehkah Anisa memiliki kalung ini ? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi... " Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa.Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas.
Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten...

"Oke ... Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?"

Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya."Terimakasih..., Ibu"
Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya.Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau...

Setiap malam sebelum tidur, Ayah Anisa akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya "Anisa..., Anisa sayang ngga sama Ayah ?" "Tentu dong... Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah !"
"Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu..."
"Yah..., jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil "si Ratu" boneka kuda dari nenek... ! Itu kesayanganku juga"
"Ya sudahlah sayang,... ngga apa-apa !". Ayah mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.

Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi, "Anisa..., Anisa sayang nggak sih, sama Ayah ?"
"Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah ?".
"Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu."
"Jangan Ayah... Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini.. "
Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain.

Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk kekamarnya, Anisa sedang duduk diatas tempat tidurnya. Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam.
Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari matanya,mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya...
"Ada apa Anisa, kenapa Anisa ?"

Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya " Kalau Ayah mau... ambillah kalung Anisa"

Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa. Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih... sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Anisa...
"Anisa... ini untuk Anisa. Sama bukan ? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau"

Ya..., ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.

Demikian pula halnya dengan Allah S.W.T.. Terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Anisa : Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan...

Untuk itulah perlunya sikap ikhlas, karena kita yakin tidak akan Allah mengambil sesuatu dari kita jika tidak akan menggantinya dengan yang lebih baik.
Baca Selengkapnya.....

GUGURNYA DOSA BERSAMA TETESAN AIR WUDLU

"Abu Nadjih (Amru) bin Abasah Assulamy r.a berkata : Pada masa Jahiliyah, saya merasa bahwa semua manusia dalam kesesatan, karena mereka menyembah berhala. Kemudian saya mendengar berita ; Ada seorang di Mekkah memberi ajaran-ajaran yang baik. Maka saya pergi ke Mekkah, di sana saya dapatkan Rasulullah SAW masih sembunyi-sembunyi, dan kaumnya sangat congkak dan menentang padanya.
Maka saya berdaya-upaya hingga dapat menemuinya, dan bertanya kepadanya : Apakah kau ini ?
Jawabnya : Saya Nabi.
Saya tanya : Apakah nabi itu ?
Jawabnya : Allah mengutus saya.
Diutus dengan apakah ?
Jawabnya : Allah mengutus saya supaya menghubungi famili dan menghancurkan berhala, dan meng-Esa-kan Tuhan dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Saya bertanya : Siapakah yang telah mengikuti engkau atas ajaran itu ?
Jawabnya : Seorang merdeka dan seorang hamba sahaya ( Abubakar dan Bilal ).

Saya berkata : Saya akan mengikuti kau. Jawabnya : Tidak dapat kalau sekarang, tidakkah kau perhatikan keadaan orang-orang yang menentang kepadaku, tetapi pulanglah kembali ke kampung, kemudian jika telah mendengar berita kemenanganku, maka datanglah kepadaku. Maka segera saya pulang kembali ke kampung, hingga hijrah Rasulullah SAW ke Madinah, dan saya ketika itu masih terus mencari berita, hingga bertemu beberapa orang dari familiku yang baru kembali dari Madinah, maka saya bertanya : Bagaimana kabar orang yang baru datang ke kota Madinah itu ? Jawab mereka : Orang-orang pada menyambutnya dengan baik, meskipun ia akan dibunuh oleh kaumnya, tetapi tidak dapat. Maka berangkatlah saya ke Madinah dan bertemu pada Rasulullah S.A.W. Saya berkata : Ya Rasulullah apakah kau masih ingat pada saya ?

Jawabnya : Ya, kau yang telah menemui saya di Mekkah. Lalu saya berkata : Ya Rasulullah beritahukan kepada saya apa yang telah diajarkan Allah kepadamu dan belum saya ketahui. Beritahukan kepada saya tentang shalat ? Jawab Nabi : Shalatlah waktu Shubuh, kemudian hentikan shalat hingga matahari naik tinggi sekadar tombak, karena pada waktu terbit matahari itu seolah-olah terbit di antara dua tanduk syaitan, dan ketika itu orang-orang kafir menyembah sujud kepadanya.

Kemudian setelah itu kau boleh shalat sekuat tenagamu dari sunnat, karena shalat itu selalu disaksikan dan dihadiri Malaikat, hingga matahari tegak di tengah-tengah, maka di situ hentikan shalat karena pada saat itu dinyalakan Jahannam, maka bila telah telingsir dan mulai ada bayangan, shalatlah, karena shalat itu selalu disaksikan dan dihadiri Malaikat, hingga shalat Asar. Kemudian hentikan shalat hingga terbenam matahari, karena ketika akan terbenam matahari itu seolah-olah terbenam di antara dua tanduk syaithan dan pada saat itu bersujudlah orang-orang kafir.

Saya bertanya : Ya Nabiyullah : Ceriterakan kepada saya tentang wudlu' ! Bersabda Nabi : Tiada seorang yang berwudlu' lalu berkumur dan menghirup air, kemudian mengeluarkannya dari hidungnya melainkan keluar semua dosa-dosa dari mulut dan hidung. Kemudian jika ia membasuh mukanya menurut apa yang diperintahkan Allah, jatuhlah dosa-dosa mukanya dari ujung jenggotnya bersama tetesan air. Kemudian bila membasuh kedua tangan sampai kedua siku, jatuhlah dosa-dosa dari ujung jari-jarinya bersama tetesan air. Kemudian mengusap kepala maka jatuh semua dosa dari ujung rambut bersama tetesan air, kemudian membasuh dua kaki ke mata kaki, maka jatuhlah semua dosa kakinya dari ujung jari bersama tetesan air. Maka bila ia shalat sambil memuja dan memuji Allah menurut lazimnya, dan membersihkan hati dari segala sesuatu selain Allah, maka keluar dari semua dosanya bagaikan lahir dari perut ibunya " ( HR. Muslim )

"Ketika Amru bin Abasah menceritakan hadits ini kepada Abu Umamah, oleh Abu Umamah ditegur : Hai Amru bin Abasah perhatikan keteranganmu itu, masakan dalam satu perbuatan orang diberi ampun demikian rupa. Jawab Amru : Hai Abu Umamah, telah tua usiaku, dan rapuh tulangku, dan hampir ajalku, dan tiada kepentingan bagiku untuk berdusta terhadap Allah atau Rasulullah S.A.W.
Andaikan saya tidak mendengar dari Rasulullah, hanya satu dua atau tiga empat kali, atau lima enam tujuh kali tidak akan saya ceritakan, tetapi saya telah mendengar lebih dari itu " ( HR. Muslim )
Baca Selengkapnya.....

BELAJAR DARI BURUNG DAN CACING

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing.

Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang diperlukan. Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu Cuma cukup buat keluarganya, sementara ia harus puasa. Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan keluarganya harus berpuasa.

Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya ?kantor? yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita lihat burung tetap optimis akan rizki yang dijanjikan Allah. Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan merdunya.

Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan.
Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing. Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga.

Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati. Tapi kita lihat , dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari rizki . Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu.

Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan dengan burung atau cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih. Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah dari burung atau cacing ? Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi? padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa.
Rupa-rupanya kita perlu banyak belajar dari burung dan cacing.
Baca Selengkapnya.....

70 KALI MEMOHON

Ada seorang kakek yang tinggal di India. Umurnya sudah lebih dari 70 th. Sepanjang hidupnya selama 70 th itu, ia gunakan untuk menyembah berhala dari batu. Setiap hari ia begitu taat menyembah tuhannya itu.
Suatu ketika, kakek ini punya suatu keinginan. Ia pun kemudian mendatangi tuhannya seraya memohon agar doa`nya dapat dikabulkan. "Oh, tuhanku Latta. Oh tuhanku Uzza. Tujuh puluh tahun aku terus menerus menyembahmu. Selama itu, tak ada sesuatupun yang aku mohonkan kepadamu. Sekarang, aku ada permohonan kepadamu. Mohon, kabulkanlah permohonanku ini".
Kakek itu memohon sambil merengek-rengek kepada Latta dan Uzza kiranya doa`nya dapat dikabulkan. Demikian seterusnya dia lakukan. Setelah sampai tujuh puluh kali doa` itu ia panjatkan, tak ada sedikitpun pengabulan dari berhala tuhannya yang ia peroleh. Maka kakek itu sedih sekali dan akhirnya putus asa.
Dalam keputusasaannya itu, ternyata Allah SWT memberi hidayah kepada kakek. Hati sang kakek Ia lapangkan segera sadar akan kekeliruannya selama ini. Gantilah kakek itu berdoa` kepada Allah SWT . " Ya Allah SWT, baru sekarang aku menghadap-Mu. Aku memohon ssuatu kepada-Mu. Kabulkanlah, ya Allah SWT, permohonanku ini ".
Selesai kakek itu bermunajat kepada Allah SWT, maka sesaat kemudian ia mendengar jawban dari Allah SWT. " Wahai hamba-Ku, mintalah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu ".
Waktu para malaikat mendengar jawaban yang diberikan Allah SWT kepada sang kakek, maka gemparlah para malaikat. " Ya Allah SWT, tujuh puluh tahun lamanya orang itu musyrik dan menyembah berhala. Dan telah tujuh puluh kali pula ia telah memohon kepada berhalanya agar dikabulkan permohonannya, namun itu tidak terjadi. Sekarang, ia baru sekali saja berdoa` kepada-Mu, mengapa Engkau kabulkan permohonannya itu ?"
Mendengar pertanyaan para malaikat itu, maka Allah SWT segera memberi penjelasan. " Wahai para malaikat, jika berhala yang benda mati itu tidak bisa mengabulkan permohonannya dan Aku-pun juga tidak, lalu dimana letak perbedaannya antara Aku dan berhala itu ?".
Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Baca Selengkapnya.....

Minggu, 15 November 2009

Fungsi Bahasa Sebagai alat berkomukasi

Fungsi bahasa sebagai alat berkomunikasi sangat penting dalam berkomunikasi kita sehari - hari. dahulu kala waktu kita masih hidup berjauhan antara yang satu dengan yang lain kita mengenal adanya komunikasi dengan mengunkan alat - alat sederhana antara lain ketongan yang terbuat dari bambu yang berfungsi untuk memberitahu warga tentang berita - berita atau kejadian - kejadian yang sedang terjadi dan banyak alat -alat yang menunjang komunikasi jaman dahulu.
Perlu kita ketahui hal diatas bukanlah hal yang baik untuk berkomunikasi antar manusia hal yang baik yang perlu kita ketahui dalam berkomunikasi adalah tutur kata yang sopan dan satun kepada lawan bicara kita, bahasa yang kita gunakan hendaknya di bedakan antara teman, orang tua, guru dan dosen. tata cara berbicara yang sopan akan mencerminkan kepribadian kita di mata orang lain.
maka dari itu sebaiknya dalam berkonikasi hendaknya kita menggunakan kata - kata yang baku yang bisa di mengerti lawan bicara kita. lihat saja para politikus berbricara kepada pendukungnya, kita bisa mengambil contoh dari para elit plitik kita dalam berbicara dimana mereka bisa meyakinkan para pendukungnya dan bahkan masyarakat untuk merebut pehatian dan dukungan dari masyarakat dan pendukungnya dengan tutur bahasa yang baku merke bisa mempengaruhi kita dalam menentuka pikiran.
Sebenarnya masih banyak lagi contoh - contoh komunikasi yang baik dalam kehidupan kita sehari - hari. dari contoh diatas kita dapat menyimpulkan betapa pentingnya komunikasi antara manusia yang bisa di pergunakan untuk menaikkan pamor seseorang dengan tutur bahasa yang baik sopan, tutur bahasa yang dapat mempengaruhi pikiran kita dan dapat membuat kita sadar betapa pentingnya berbahasa sebagai alat berkomunikasi.
Baca Selengkapnya.....

Tugas Bahasa Indonesia ke 2

1. Pengertiam Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
2. Hal - hal yang menimbulkan ragam bahasa adalah berbagai macam suku yang terdapat di Indonesia yang menyebabkan terjadinya ragam bahasa setiap daerah pasti mempunyai bahasa daerah masing - masing. Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa :
1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.
2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya.
3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali, dialek bahasa jawa, dan lain sebagainya.
4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak baku).
3. Bahasa Lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi. contohnya pada pidato kenegaraan dan pada upacara bendera.
1. Tata Bahasa

(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)

a. Ragam bahasa lisan :

- Nia sedang baca surat kabar

- Ari mau nulis surat

- Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.

- Mereka tinggal di Menteng.

- Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.

- Saya akan tanyakan soal itu

.

b. Ragam bahasa Tulis :

- Nia sedangmembaca surat kabar

- Ari mau menulis surat

- Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.

- Mereka bertempat tinggal di Menteng

- Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.

- Akan saya tanyakan soal itu.

2. Kosa kata

Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :

a. Ragam Lisan

- Ariani bilang kalau kita harus belajar

- Kita harus bikin karya tulis

- Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak

b. Ragam Tulis

- Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar

- Kita harus membuat karya tulis.

- Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
4. Kelebihan Ragam bahasa Lisan lebih ekspresif di mana mimik wajah, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Kekurangan Ragam Bahasa Lisan dalam berkata sebaiknya kita tidak boleh sembarangan karena bisa berimbas kepada kita jika kita tidak pandai mengolah bahasa kita kepada siapa kita berbicara dan kepada siapa kita berhadapan jadi hendaklah saling menghormati satu sama lain. Kelebihan Ragam Bahasa Tulis kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian. Kekurangan Ragam Bahasa Tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Baca Selengkapnya.....

Tugas Bahasa Indonesia.

Tugas Bahasa Indonesia.
Pertanyaan :
1. Apa yg dimaksud dengan FIKSI??
2. Jelaskan Hal hal yg mempengaruhi penggunaan ketepatan pilihan kata berdasarkan kemampuan pengguna bahasa ??
3. Jelaskan fungsi pilihan kata ??
4. Syarat syarat yg dimiliki pengguna bahasa dalam ketepatan pilihan data ??
Jawaban :
1. Fiksi adalah jenis tulisan yang berdasarkan imajinasi(tidak nyata).
2. -> Mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yg tepat dan sesuai kaidah bahasa indonesia.
-> Menghasilkan komunikasi puncak tanpa salah penafsiran atau makna.
-> Menghasilkan respon pembaca sesuai dengan penulisannya.
-> Menghasilkan target komunikasi yg di harapkan.
3. Sebagai sarana mengaktifkan kegiatan berbahasa (komunikasi) yang dilakukan seseorang untuk
menyampaikan maksud serta gagasannya kepada orang lain.

4. -> Membedakan makna konotasi dan denotasi dengan tepat.
-> Membedakan dengan cermat makna kata yg hampir bersinonim.
-> Membedakan dengan cermat kata yg mirip ejaanya.
-> Tidak menafsirkan makna katasecara subjektif berdasarkan pendapat sendiri.
-> Menggunakan imbuhan asing harus memahami makanya secara tepat.
-> Mengunakan kata kata idiomatik berdasarkan susunan yg benar.
-> Menggunakan kata umum dan juga kata khusus secara cermat.
-> Menggunakan kata yg merubah makna dengantepat.
-> Menggunakan dengan cermat kata yg bersinonim.
-> Menggunakan kata abstrak dan kongkrit secara tepat dan cermat
Baca Selengkapnya.....

Rabu, 07 Januari 2009

Mengapa Doa tidak di ijabah?

Sayyidina Ali berkata, “Sesungguhnya hatimu telah berkhiaant kepada Allah dengan delapan hal, yaitu:

1. Engkau beriman kepada Allah, mengetahui Allah, tetapi tidak melaksanakan kewajibanmu kepada-Nya. Maka, tidak ada manfaatnya keimananmu itu.

2. Engkau mengatakan beriman kepada Rasul-Nya, tetapi engkau menentang sunnahnya dan mematikan syari’atnya. Maka, apalagi buah dari keimananmu itu?

3. Engkau membaca Al Qur’an yang diturunkan melalui Rasul-Nya, tetapi tidak kau amalkan.


4. Engkau berkata, “Sami’na Wa Aththa’na (Kami mendengar dan kami patuh), tetapi kau tentang ayat-ayatnya.

5. Engaku menginginkan syurga, tetapi setiap waktu melakukan hal-hal yang dapat menjauhkanmu dari syurga. Maka, mana bukti keinginanmu itu?

6. Setiap saat engkau merasakan kenikmatan yang diberikan oleh Allah, tetapi tetap engkau tidak bersyukur kepada-Nya.

7. Allah memerintahkanmu agar memusuhi syetan seraya berkata, “Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh bagi(mu), karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanay mengajak golongan supaya mereka menjadi penghuni neraka yang nyala-nyala” (QS. Al Faathir [35] : 6). tetapi musuhi setan dan bersahabat dengannya.

8. Engkau jadikan cacat atau kejelekan orang lain didepan mata, tetapi kau sendiri orang yang sebenarnya lebih berhak dicela daripada dia

Itulah, kadang kita terlalu banyak menuntut pada Allah SWT, tapi tidak mengaca diri kita sendiri, sudahkah kita taat kepada Allah???


Baca Selengkapnya.....